Jumat, Januari 9

Keutamaan Sabar

Diposting oleh Muhammad Nur Hasan


Suatu hari dibilangan tanggal 23 bulan Maret 1990 bertempat di Aula Asrama Haji Pontianak, Wahyu Sulaiman Rendra (WS.Rendra) pernah menggoreskan sebait puisinya sebagai bentuk kenangan di buku harian seorang pemuda yang ganderung kesusastraan. Bunyi puisi yang ditulis Rendra di buku harian pemuda itu berbunyi demikian :
“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata…”. Belakangan bait puisi itu menjadi bagian dari lirik lagu « Kantata Taqwa » yang dibawakan oleh Setiawan Djodi dkk.
Bila dihayati kiranya ada spirit keberagamaan yang cukup kental dalam bait puisi itu. Betapa tidak ? Karena sumber inspirasinya berasal dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Benarkah ? Mulailah pertanyaan itu muncul dari benak sang pemuda itu. Kepada seorang Ustadz akhirnya dia bertanya. «Pak Ustadz,» sapa pemuda itu. «Mengapa WS.Rendra mengatakan bahwa kesabaran adalah bumi ? » tanyanya memotong syair puisi itu.
Ustad yang disaat itu masih aktif sebagai pengurus Ormas Islam di Pontianak itu pun berkata, «Ada sekitar 70 an ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan kata-kata sabar».
« Oh, ternyata cukup banyak juga », guman pemuda itu sambil menerawang.
Sejurus kemudian, sang Ustadz menyebut beberapa diantara ayat dimaksud. “Cobalah buka QS.Al-Baqarah 155,” perintahnya pemuda itu untuk membuka mushaf Al-Qur’an.
Dibacanya bunyi ayat itu perlahan, yang artinya : ”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Kemudian, lanjut Ustadz itu lagi pada ayat 130 QS.Thaahaa, ” Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang”.
Selanjutnya pada QS.Al-Balad ayat 17, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk berkasih sayang”.
Bahkan disebutkannya pula ayat yang memang telah hafal dibenak pemuda itu karena sering dibacanya ketika shalat, yakni surah As-Ashr ayat 3, “Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”.
Selanjutnya pemuda itu semakin bersemangat untuk menelusuri lebih lebih jauh lagi tentang kesabaran, diperolehnya nilai dan makna sabar yang ternyata di dalam hadits Rasulullah SAW telah banyak memberikan sabdanya tentang keutamaan sabar ini.
Pada HR.Athabrani dan Al-Baihaqi dikatakan,”Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan. Di hadits lain yang diriwayatkan Al-Hakim disebutkan, “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. Dan “Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah (HR.Al-Bukhari). Bahkan, “Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang apabila terkena ujian dan cobaan dia bersabar”.
Tibalah ia kepada suatu kesimpulan bahwa kekuatan sabar tidak saja ketika mendapat musibah atau kesusahan melainkan juga sabar dalam memperoleh nikmat atau kesenangan.
Pemuda itu memperolehnya dalam buku berjudul, “33 Masalah Agama” karya A.Aziz Salim Basyarahil yang mengemukakan lima sifat manusia ketika menghadapi kesusahan dan kesenangan.
Pertama, golongan yang ingkar bahwa kenikmatan dan malapetaka datangnya dari Allah sebagai ujian. Mereka berkata bahwa gempa bumi, banjir, hama, kebakaran, angin taufan, semuanya itu adalah bencana alam, nature, alamiah dan bukan dari Tuhan. Hal ini digambarkan Allah SWT dengan firman-Nya di dalam QS.Fus-Silat 50, “Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata : Ini adalah hakku dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang”.
Golongan yang kedua ialah orang-orang yang kurang yakin dalam keimanannya diwaktu mendapat rahmat, tetapi bila mendapat cobaan berupa musibah dan malapetaka lalu dia ingkar kepada Allah, bahkan shalat dan puasa pun ditinggalkan. Golongan semacam ini dijelaskan QS.Al-Hajj 11-12,”Dan diantara manusia ada yang orang yang menyembah Allah dengan berada ditepi, hingga dia memperoleh kebajikan tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia kebelakang, rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu kerugian yang nyata. Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat kepadanya, yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”.
Golongan yang ketiga yakni orang-orang yang apabila menemui bahaya, mendapat kesulitan, musibah, kemiskinan, mereka dekat kepada Allah, tetapi bila memperoleh kenikmatan segera dia lupa. QS.Yunus disebutkan, “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya”.
Golongan yang keempat adalah orang-orang yang bila memperoleh kenikmatan lupa kepada Allah, tetapi bila ditimpa musibah lalu ingat kepada Allah. QS.Fus-Silat 51 mengutarakan, “Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa”.
Golongan yang kelima ialah orang-orang yang beriman penuh keyakinan, apabila memperoleh kenikmatan dia bersyukur dengan ucapan dan perbuatan, apabila ditimpa malapetaka atau kesusahan dia bersabar. Imannya, ibadahnya dan akhlaqnya tidak terpengaruh oleh senang atau susah.
Bagun dari kesadarannya yang jernih, sang pemuda itupun menggoreskan puisinya dengan penuh hikmah, “Kunci kebajikan yaitu jujur, kunci bertambahnya nikmat ialah syukur, kunci keberhasilan dan kemenangan adalah sabar…”
Keesokan harinya puisi tersebut diperlihatkannya kepada Pak Ustadz. Beliau hanya tersenyum sambil berkata, “Ingat, perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata…”
“Ya, memang perjuangan yang sangat berat,” tukas bathin pemuda itu penuh tantangan.

0 komentar:

Posting Komentar